Unjuk rasa anti-elitis ini sudah menunjukkan korbannya, termasuk Affan. Total, sepuluh orang tewas—termasuk seorang pelajar—Menurut laporan, kerusuhan menyebabkan kerugian sekitar Rp900 miliar (US$8,3 juta). Prabowo bahkan membatalkan kunjungannya ke China demi menangani krisis domestik ini langsung.
Pengusaha seperti Sri Mulyani bercerita emosional tentang rumah yang dijarah, mencerminkan citra retak antara pejabat dan warga. Meski Presiden telah membatalkan tunjangan parlemen dan moratorium perjalanan dinas, keruntuhan simbol ini belum menciptakan kepercayaan publik kembali.
Analis menilai langkah simbolis masih minim: warga menuntut reformasi nyata—transparansi anggaran, penegakan hukum yang adil, dan legitimasi pemerintah yang dibuat dari dialog, bukan represi. Krisis ini membuka pertanyaan: apakah kebijakan simbolis cukup untuk menyelamatkan stabilitas demokrasi?

Leave a Reply