Pasar keuangan Indonesia mengalami gejolak setelah reshuffle kabinet dan penggantian Menteri Keuangan. Rupiah melemah hingga mendekati Rp16.500 per dolar AS, sementara indeks saham gabungan turun hampir 2%. Investor menyoroti risiko ketidakpastian kebijakan fiskal setelah pergantian Sri Mulyani Indrawati yang dianggap berpengalaman dan kredibel di mata pasar.

Analis menyebut pelemahan rupiah dipicu oleh kombinasi faktor global dan domestik. Dari sisi global, penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter Federal Reserve menekan mata uang negara berkembang. Dari sisi domestik, investor ragu terhadap arah kebijakan fiskal Indonesia pasca-pergantian menteri.

Pengganti Sri Mulyani, Purbaya Yudhi Sadewa, dinilai lebih dekat ke lingkaran politik dan belum memiliki pengalaman panjang mengelola anggaran dalam skala besar. Meskipun ia segera mengumumkan kebijakan menambah likuiditas Rp200 triliun ke sistem perbankan, pasar masih menunggu bukti implementasi nyata.

Bank Indonesia telah menyatakan siap melakukan intervensi ganda, baik di pasar spot maupun obligasi, untuk menahan pelemahan rupiah. Namun, para analis menilai intervensi hanya bisa efektif dalam jangka pendek, sementara masalah utama tetap terletak pada kredibilitas kebijakan fiskal.

Beberapa pelaku usaha menuturkan bahwa pelemahan rupiah berisiko menekan biaya impor, terutama bahan baku industri. Hal ini bisa berdampak pada kenaikan harga barang dalam negeri, menambah tekanan inflasi, serta menurunkan daya beli masyarakat.

Jika pemerintah tidak segera menegaskan konsistensi kebijakan fiskal, bukan tidak mungkin investor asing akan menarik dana mereka lebih cepat, memperburuk kondisi pasar modal dan memperdalam pelemahan rupiah.

Banjir69 , Situs banjir69


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *